Friday, August 14, 2020

Riview game Dragon ball z kakarot : open world

 

Dragon Ball Z: Kakarot เปิดตำนานนักรบไซย่าพลังอลังการดาวล้านดวง 

 

 Mengesankan tampaknya judul yang tepat untuk menggambarkan apa yang dicapai di bawah nama Dragon Ball, tidak hanya di manga dan anime industri, tetapi juga video game. Kita berbicara tentang adaptasi yang telah muncul sejak zaman NES, hidup untuk generasi dengan popularitas tidak berkurang, dan permainan kualitas regenerasi periodik yang layak untuk dibahas. Sebuah tren yang mungkin tidak akan berhenti sampai anak cucu kita nanti. Kisah Dragon Ball Z mungkin telah berakhir beberapa dekade yang lalu, tetapi itu tidak berarti bahwa upaya untuk melanjutkan berbagai cerita mereka dan adegan ikonik berhenti. Sebagaimana telah kita lakukan dengan serangkaian permainan Aksi RPG Bandai Namco - Dragon Ball Z: Kakarotto.


Alur Cerita : 


 

 

 

 Berenda "Z" memakai, Dragon Ball Z: Kakarotto menawarkan sejarah kedatangan Raditz sampai Renaissance Buu.

Kebanyakan pemain yang membaca ulasan ini tampaknya telah cukup akrab dengan nama "Dragon Ball", yang juga disiarkan di televisi swasta lokal untuk setidaknya belasan tahun. Dragon Ball memang lahir dari jenius Akira Toriyama sendiri memiliki beberapa seri yang menjelaskan plot tandu. Nama "Z" di Dragon Ball Z: Kakarotto berarti menunjukkan bahwa cerita Anda sampai ke kisaran Goku dewasa, kisaran bergerak dari kedatangan Raditz sampai kedatangan Buu pada akhirnya.

Bagi Anda yang tidak benar-benar akrab dengan Dragon Ball, yang ajaib tidak pernah berakhir membaca manga atau menonton anime sama sekali, meskipun popularitas itu begitu tinggi, Dragon Ball berfokus pada sosok Goku - bagian "alien" ras, nama Saiyan dari kecil terdampar di bumi. tempur Saiyan adalah planet bangsa jatuh berkeping-keping sampai mereka tersebar di alam semesta, seperti cerita yang ada di Superman misalnya. Terlepas dari nama "Goku" telah menerima sejak datang ke bumi, itu milik nama asli Saiyan Goku adalah Kakarot.

 

 Review Dragon Ball Z – Kakarot: Open World Tak Berfaedah! – Jagat Play

 Berikut Dragon Ball Goku mengikuti sejarah perjuangan untuk perlindungan tanah dari berbagai ancaman yang datang dalam beberapa kesempatan. Sebagai shonen manga waktu nya, berputar cerita seputar pertempuran epik dengan tingkat daya sistem lambat tapi pasti, hal itu juga akan mengarah pada penguatan Goku sebagai karakter. Dengan darah Saiyan mengalir dalam tubuhnya, seakan Goku pernah memiliki batasan ruang untuk memperluas, dengan kemampuan lebih untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa untuk melawan musuh-musuh yang semakin menantang. Anda bertemu dengan Frieza - Saiyan alien planet destroyer, sel - bio-android sebagai serangga mendapat energi dengan menyerap petinju lain, sampai Buu - manifestasi dari semua kekuatan jahat yang tidak mudah ditundukkan.


Nostalgia yang terasa tanggung


E3 2019: Dragon Ball Z Kakarot – Tried and tested | Privacy Games



Hadir dengan presentasi visual cukup baik, ia memang terlihat tidak sesempurna yang dibayangkan. Di beberapa titik, wajah karakter terlihat aneh karena pipi menggembung, seperti yang terjadi dengan Vegeta di sini. Masalah shading?

Pendekatan cell-shading memang sepertinya menjadi satu-satunya solusi terbaik untuk meninggalkan cita rasa anime yang kental untuk game-game adaptasi dari produk kreatif Jepang tersebut. Maka seperti generasi sebelumnya pula, konsep serupa juga diusung Dragon Ball Z: Kakarot ini. Dari sisi presentasi, ia memenuhi apa yang Anda inginkan dari sisi visual, dari sekedar model karakter hingga animasi serangan super cepat yang “sangat Dragon Ball”. Anda mungkin akan bertemu dengan beberapa animasi kecil yang terasa cukup kaku apalagi jika dibandingkan dengan apa yang berhasil dicapai Arc System Works dengan Dragon Ball FighterZ beberapa tahun yang lalu. Berbeda genre memang, namun sulit rasanya untuk tidak melakukan komparasi dua buah game yang mengakar pada source yang sama ini. Apalagi detail yang ditawarkan Dragon Ball Z: Kakarot memang terasa sedikit kurang, bahkan untuk urusan model karakter yang di beberapa scene dan sudut kamera, memperlihatkan sisi pipi sedikit menggembung yang aneh. -Situs Slot Online Terpercaya


Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang menawarkan sensasi nostalgia yang nanggung? Karena Dragon Ball Z: Kakarot harus diakui “bermain super aman”. Bahwa alih-alih memaksimalkan potensinya sebagai game action RPG dengan sisi eksplorasi dengan baik, ia justru jatuh pada perangkap game-game Dragon Ball masa lampau yang hanya menawarkan cerita, scene, dan pertarungan yang itu-itu saja. Anda tetap tidak akan bertemu dengan kesempatan untuk menjelajahi jalur naga seusai Goku mati untuk pertama kalinya, Anda tetap tidak akan bisa bertarung sebagai Trunks kekar yang berusaha masuk fase Super Saiyan 2 saat melawan Cell, Anda tidak mendapatkan cut-scene saat para Saiyan ini menguji kemampuan fisik mereka dengan mesin tinju di turnamen kelas dunia, atau sekedar tertawa melihat beberapa fusion gagal milik Gotenks. Dengan kondisi seperti ini, alih-alih terasa seperti sesuatu yang baru, berbeda, dan menawarkan pengalaman Dragon Ball yang “definitif”, Dragon Ball Z: Kakarot berakhir standar.


Walaupun demikian, bukan berarti Dragon Ball Z: Kakarot tidak menawarkan sesuatu yang baru untuk gamer-gamer yang sudah mengenal seri Dragon Ball cukup lama. Akan ada beberapa kejutan yang bisa Anda antisipasi di sini, dari kehadiran karakter baru yang dijadikan sebagai Secret Boss untuk Anda yang mengincar tantangan ekstra di sisi gameplay hingga beberapa animasi baru untuk scene pertarungan yang berbeda dengan versi anime / manga, seperti saat Super Vegito melawan Super Buu, misalnya. Sayangnya, ia juga memuat beberapa perubahan yang bekerja sebaliknya, membuat pertarungan yang epic di versi anime / manga menjadi sesuatu yang “biasa” di sini. Kami termasuk yang kecewa dengan bagaimana ia memotret pertarungan Android 18 VS Super Vegeta, misalnya, yang berakhir dengan hanya satu-dua scene tanpa adegan ikonik tendangan Android 18 yang mematahkan tangan Vegeta sama sekali.


Setidaknya dari konsep open-world yang ia usung, Anda mendapatkan sebuah dunia Dragon Ball yang cukup imersif dan menarik untuk dieksplorasi. Bahwa setelah selama ini hanya bisa menikmatinya secara pasif, Anda kini bisa menjelajahinya dan bertemu dengan ragam hal yang ikut mendefinisikan dunia ini. Kita bicara soal kesempatan untuk memancing ikan raksasa yang selama ini selalu dinikmati Goku, membunuh para Dinosaurus yang seolah jadi binatang standar di semestanya, masuk ke dalam Capsule Corporation, hingga menikmati kota-kota besar yang biasanya jadi “medan pertempuran” penuh kehancuran. Sayangnya, untuk urusan terakhir ini, Anda tidak akan bisa menikmatinya selayaknya game open-world pada umumnya. Anda tidak bisa dengan bebas menghancurkan kota-kota ini atau bahkan sekedar menemukan gedung yang bisa Anda masuki. Semua kota yang ditawarkan Dragon Ball Z: Kakarot berakhir sekedar kosmetik belaka


Berita baiknya? Setidaknya ia memesona dari sisi audio. VA Jepang yang setia dengan Anda yang sempat menikmati seri anime-nya, lengkap dengan teriakan-teriakan ikonik yang selalu menemani adegan penguatan karakter bisa Anda nikmati di sini. Walaupun kami sendiri belum menjajal VA Inggris-nya karena absennya rasa ketertarikan, namun kami akan merekomendasikan Anda untuk bertahan dengan VA Jepang atas nama pengalaman yang otentik. Kualitas yang pantas diacungi jempol juga datang dari pilihan audio yang lain, seperti keputusan untuk mengembalikan dan mempertahankan Soundtrack dari versi anime yang kian mendukung pendekatan presentasi bak episode seri anime yang diambil oleh Dragon Ball Z: Kakarot. Suara efek yang diusung juga fantastis, dari sekedar suara bola-bola sinar yang meluncur hingga suara yang mereka teriakan saat mengeksekusi setiap dari mereka.

Maka dari sisi presentasi, Dragon Ball Z: Kakarot tidak bisa dibilang sempurrna. Ada beberapa hal yang mereka eksekusi manis memang, namun tidak sedikit pula yang justru mencederai pengalaman yang ada. Satu-satunya yang konsisten darinya hanya kualitas tata suara yang siap untuk menggugah kembali memori indah Anda bersama dengan Dragon Ball Z.-Daftar Slot Online

  


Game RPG Tanpa rasa RPG 

Bandai Namco Entertainment Germany GmbH Dragon Ball Z: Kakarot ... 

 

 Sejak ia pertama kali diperkenalkan kepada publik, Bandai Namco memang terus mendengungkan genre “Action RPG” untuk Dragon Ball Z: Kakarot. Dari beberapa demo gameplay yang ia usung, citra tersebut mengakar kuat pada angka damage yang bertebaran setiap kali Anda menyerang atau diserang atau sistem level yang terikat pada karakter yang bisa Anda gunakan. Sayangnya, sistem “RPG” yang ditawarkan oleh game ini bisa dibilang dangkal. Bahwa membuang semua konsep ini dan sekedar menawarkannya sebagai game action adventure pada umumnya sama sekali tidak akan berpengaruh banyak pada pengalaman bermain Anda secara keseluruhan.

Karena pada dasarnya, Dragon Ball Z: Kakarot memang lebih mengakar kuat pada sisi aksi dengan mekanik gameplay dasar yang mengingatkan Anda pada game fighting tiga dimensi khas Bandai Namco selama ini. Bertarung melawan beragam musuh, baik acak ataupun yang mengikuti sisi cerita, tetaplah menyenangkan. Tenang saja, tidak ada serangan combo kompleks di sini. Anda mendapatkan satu tombol spesifik untuk serangan fisik yang jika ditekan berulang kali akan menghasilkan kombo, satu tombol untuk serangan bola sinar, dan satu tombol untuk charging Ki – resource ala mana yang dibutuhkan untuk mengeksekusi serangan spesial. Dan tentu saja, Anda memiliki serangan spesial dari serangan Ki yang lebih kuat seperti Kamehameha hingga Final Flash hingga serangan kombo fisik yang berjalan otomatis seperti Dragon Fist. Intinya, Dragon Ball Z: Kakarot bukanlah game aksi yang bisa dibilang sulit, terutama untuk Anda yang sudah familiar dengan game “fighting tiga dimensi” Bandai Namco selama ini.


Namun semua strategi bertarung ini sayangnya, hanya akan berlaku di awal-awal permainan saja. Seiring dengan menguatnya karakter Anda dan akses serangan spesial yang lebih mumpuni, ada pergeseran strategi yang membuat begitu banyak pertarungan, terutama di end-game, terasa seperti lelucon. Bahwa cara tercepat untuk menang adalah dengan melakukan spam serangan-serangan Ki yang memiliki efek AOE secara beruntun, seperti serangan Big Bang Attack dari Vegeta atau Spirit Bomb dari Goku. Dengan menggunakan strategi seperti ini, Anda bahkan bisa mengalahkan musuh level tinggi sekalipun selama Anda bersabar dan memiliki item penyembuh yang cukup untuk memastikan Anda bisa bertahan hidup dalam durasi yang panjang. Satu-satunya momen dimana strategi ini tidak bisa digunakan hanyalah ketika Anda “dipaksa” menggunakan karakter seperti Piccolo atau Gohan sesuai cerita yang memang, hadir tanpa serangan AOE serupa.



 
Kesimpulan

Dragon Ball Z: Kakarot di atas kertas adalah sebuah game Dragon Ball dengan sebuah konsep yang pantas untuk diantisipasi. Namun sayangnya di akhir, ia berujung menjadi game dengan eksekusi yang kurang matang.


Jelas bahwa di luar serunya sistem pertarungan dan akurasi penggunaan tata suara yang fantastis, sang tim developer sepertinya tidak banyak memikirkan matang apa yang perlu mereka persiapkan, apa yang perlu mereka tawarkan, dan apa yang perlu mereka racik untuk membuatnya tampil sebagai game Dragon Ball yang tidak hanya nostalgic saja, tetapi tetap bisa dinikmati sebagai game terpisah bahkan untuk mereka yang tidak terlalu familiar dengan franchise ini sekalipun. Untuk saat ini, ia memuat lebih banyak kekurangan daripada kelebihan untuk dibicarakan. Ia bahkan tidak memuat sesi QTE yang walaupun di game lain seringkali dicaci, namun jadi salah satu mekanik yang cocok di Dragon Ball, apalagi saat Anda berhadapan dengan scene ikonik adu bola sinar yang menghinggapi hampir semua pertarungan besar yang ada. Fakta bahwa scene-scene berakhir pasif, meninggalkan sedikit rasa pahit di hati.

1 comments: